EKONOMETRIKA






www.uniba.ac.id

BAB IV
REGRESI LINIER BERGANDA

1. RANGKUMAN

A.    Pengertian Regresi linier Berganda
Model regresi dimana variabel X lebih dari satu, yang mana itu sangat memungkinkan, karena dalam keilmuan sosial semua faktor-faktor atau variabel-variabel saling berkaitan satu dengan lainnya. Artinya, variabel X bisa berjumlah 2, 3, atau lebih. Jumlah X yang lebih dari satu tersebut terkenal dengan istilah Regresi Linier Berganda atau multiple linier regression.

B.     Model Regresi Linier Berganda
Penulisan model regresi linier berganda merupakan pengembangan dari model regresi linier tunggal. Model regresi linier umumnya dituliskan sebagai berikut:

Populasi: Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+BnXn + e
       Atau Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+ BnXn + e

Sampel : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn+ e
      Atau Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn + e

Penulisan cara di atas adalah bentuk model yang sering dijumpai dalam beberapa literatur. Notasi model seperti itu tentu berbeda dengan notasi model Yale.

C.    Penghitungan Nilai Parameter
Penggunaan metode OLS dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk mendapatkan aturan dalam mengestimasi parameter yang tidak diketahui. Prinsip yang terkandung dalam OLS sendiri adalah untuk meminimalisasi perbedaan jumlah kuadrat kesalahan (sum of square) antara nilai observasi Y dengan Yˆ . Secara matematis, fungsi minimalisasi sum of square ditunjukkan dalam rumus:

 
Untuk mendapatkan estimasi least square b0, b1,b2 minimum, dapat dilakukan melalui cara turunan parsial (partially differentiate) dari formula di atas, sebagai berikut:
 
Jadikan nilai-nilai turunan parsial di atas menjadi sama dengan 0 (nol), dengan cara membagi dengan angka 2, hingga menjadi:
 
Untuk menyederhanakan rumus paling atas dilakukan pembagian dengan n, sehingga memperoleh rumus baru sebagai berikut:
 


Kalau kita notasikan:
 


maka b1 dan b2 dapat dicari dengan rumus:
 


Oleh karena itu pencarian nilai b mengalami perubahan.Guna mengetahui seberapa besar kontribusi X1 terhadap perubahan Y, tentu perlu untuk melakukan kontrol pengaruh dari X2. Begitu pula, untuk mengetahui kontribusi X2, maka perlu juga melakukan control terhadap X1. Dari sini dapat timbul pertanyaan, bagaimana caranya mengontrolnya? Untuk menjawabnya, perlu ilustrasi secara konkrit agar mudah dipahami.
Misalnya kita hendak mengontrol pengaruh linier X2 ketika melakukan pengukuran dampak dari perubahan X1 terhadap Y, maka dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap pertama: lakukan regresi Y terhadap X2.
Y = b0 + b2 X2 + e1
Dimana e1 merupakan residual, yang besarnya:
e1 = Y – b0 – b2X2
      = Y-Yˆ
Tahap kedua: lakukan regresi X1 terhadap X2
X1 = b0 + b2 X2 + e2
Dimana e1 merupakan residual, yang besarnya:
e2 = X1 – b0 – b2X2
    = X1-Xˆ
Tahap ketiga: lakukan regresi e1 terhadap e2
e1 = a0 + a1e2 +e3

Besarnya a1 pada tahap ketiga inilah yangmerupakan nilai pasti atau net effect dari perubahan satu unit X1 terhadap Y, atau menunjukkan kemiringan (slope) garis Y atas variabel X1. Logika dari teori tersebut yang mendasari rumus yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien regresi parsial (partial regression coefficients) (baca: b1, b2). Dengan memanfaatkan data yang telah tersedia, kita dapat pula menentukan nilai b1 variabel Budep maupun b2 variabel Kurs. Pencarian koefisien regresi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang telah ditentukan di atas. Guna mempermudah  alam memasukkan angka-angka ke dalam rumus, maka data yang ada perlu diekstensifkan sesuai dengan kebutuhan rumus tersebut. Hasil ekstensifikasi dari beberapa rumus yang dicari sebagai berikut:
 



Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut di atas, maka nilai total masing-masing komponen rumus yang dikembangkan adalah tertera sebagai berikut:
 


Berdasarkan data-data yang tertera dalam tabel di atas, maka nilai b0, b1, dan b2 dapat ditentukan, melalui pencarian menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
Rumus untuk mencari nilai b1 (pada model multiple regression) adalah:
 


Rumus untuk mencari nilai b2 (pada model multiple regression) adalah:
 


Rumus untuk mencari nilai b0 (pada model multiple regression) adalah:




Nilai dari parameter b1 dan b2 merupakan nilai darisuatu sampel. Nilai b1 dan b2 tergantung pada jumlahsampel yang ditarik. Penambahan atau pengurangan akanmengakibatkan perubahan rentangan nilai b. Perubahan rentang nilai b1 dan b2 diukur dengan standar error. Semakin besar standar error mencerminkan nilai b sebagai penduga populasi semakin kurang representatif. Sebaliknya, semakin kecil standar error maka keakuratan daya penduga nilai b terhadap populasi semakin tinggi. Perbandingan antara nilai b dan standar error ini memunculkan nilai t, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
 


dimana:
b = nilai parameter
Sb = standar error dari b. Jika b sama dengan 0 (b=0) atau
Sb bernilai sangat besar, maka nilai t akan sama dengan atau mendekati 0 (nol).

Untuk dapat melakukan uji t, perlu menghitung besarnya standar error masing-masing parameter ( baik b0, b1, b2), seperti diformulakan Gujarati (1995:198-199) sebagai berikut:
 



A.    Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada dasarnya digunakan untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi,melalui hasil pengukuran dalam bentuk prosentase yang menjelaskan determinasi variabel penjelas (X) terhadap variabel yang dijelaskan (Y). Koefisien determinasi dapat dicari melalui hasil bagi dari total sum of square (TSS)atau total variasi Y terhadap explained sum of square(ESS) atau variasi yang dijelaskan Y. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan lagi R2 dengan arti rasio antara variasi yang dijelaskan Y dengan total variasi Y.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
 


Total variasi Y (TSS) dapat diukur menggunakan derajat deviasi dari masing-masing observasi nilai Y dari rata-ratanya. Hasil pengukuran ini kemudian dijumlahkan hingga mencakup seluruh observasi. Jelasnya:
 


Nilai explained sum of square (ESS) atau variasi yang dijelaskan Y didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 


Jadi, rumus di atas dapat pula dituliskan menjadi sebagai berikut:
 


dimana:
Yˆ (baca: Y cap) adalah nilai perkiraan Y atau estimasi garis regresi.
Y (baca: Y bar) adalah nilai Y rata-rata.

Y cap diperoleh dengan cara menghitung hasil regresi dengan memasukkan nilai parameter dan data variabel. Penghitungan nilai Y cap menjadi penting untuk dilakukan agar mempermudah kita dalam menggunakan rumus R2 yang telah ditentukan di atas.


A.    Uji F
Pengujian secara serentak tersebut dilakukan dengan teknik analisis of variance (ANOVA) melalui pengujian nilai F hitung yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Oleh karena itu disebut pula dengan uji F.  Pada prinsipnya, teknik ANOVA digunakan untuk menguji distribusi atau variansi means dalam variabel penjelas apakah secara proporsional telah signifikan menjelaskan variasi dari variabel yang dijelaskan. Untuk memastikan jawabannya, maka perlu dihitung rasio antara variansi means (variance between means) yang dibandingkan dengan variansi di dalam kelompok variabel (variance between group). Hasil pembandingan keduanya itu (rasio antara variance between means terhadap variance between group) menghasilkan nilai F hitung, yang kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika nilai F hitung lebih besar dibanding nilai F tabel, maka secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada dalam model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y. Sebaliknya, jika nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel, maka tidak secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada dalam model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y. Atau secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut:
 


H0 diterima atau ditolak, adalah merupakan suatu keputusan jawaban terhadap hipotesis yang terkait dengan uji F, yang biasanya dituliskan dalam kalimat sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = 0 Variabel penjelas secara serentak tidak signifikan mempengaruhi variabel yang dijelaskan.
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0 Variabel penjelas secara serentak signifikan mempengaruhi variabel yang dijelaskan.

Karena uji F adalah membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel, maka penting untuk mengetahui bagaimana mencari nilai F hitung ataupun nilai F tabel. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 
Sedangkan nilai F tabel telah ditentukan dalam tabel. Yang penting untuk diketahui adalah bagaimana cara membaca tabelnya. Seperti yang telah dituliskan pada pembandingan antara nilai F hitung dan nilai F tabel di atas, diketahui bahwa F tabel dituliskan Fα;k-1; (n-k).
Arti dari tulisan tersebut adalah:
·   Simbol α menjelaskan tingkat signifikansi (level of significance) (apakah pada α = 0,05 atau α  = 0,01 ataukah α = 0,10, dan seterusnya)
·   Simbol (k-1) menunjukkan degrees of freedom for numerator.
·   Simbol (n-k) menunjukkan degrees of freedom for denominator.


2. Kesimpulan uraian bab diatas !
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

3. Soal dan Jawaban !
a. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan regresi linier berganda!
Jawab :
Model regresi dimana variabel X lebih dari satu, yang mana itu sangat memungkinkan, karena dalam keilmuan sosial semua faktor-faktor atau variabel-variabel saling berkaitan satu dengan lainnya. Artinya, variabel X bisa berjumlah 2, 3, atau lebih. Jumlah X yang lebih dari satu tersebut terkenal dengan istilah Regresi Linier Berganda atau multiple linier regression.

b. Coba tuliskan model regresi linier berganda!
Jawab :
Populasi: Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+BnXn + e
       Atau Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+ BnXn + e

Sampel : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn+ e
      Atau Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn + e

c. Coba uraikan arti dari notasi atas model yang telah anda tuliskan!
Jawab :
Y : merupakan variabel dependen
A,a atau B0, b0 : merupakan konstanta atau intercept
B1,B2,B3,…Bn atau b1,b2,b3,…bn : merupakan koefisien regresi, yang juga menggambarkan tingkat elastisitas variabel independen
X1,X2,X3,…Xn : merupakan variabel independen
e : standar error

d. Jelaskan informasi apa yang dapat diungkap pada konstanta!
Jawab : Konstanta atau yang disimbolkan dengan huruf  A,a atau B0, b0 merupakan sikap dasar dari variabel dependen. Menjelaskan tentang seberapa besar faktor-faktor yang bersifat tetap dari variabel dependen.

e. Jelaskan informasi apa yang dapat diungkap pada koefisien regresi!
Jawab : Berdasarkan rumus regresi, koefisien (b) dinamakan koefisien arah regresi linier yang fungsinya menyatakan perubahan rata-rata variabel (Y) untuk setiap perubahan variabel (X) sebesar satu satuan. Koefisien (b) regresi linier adalah nilai dari variabel (X) yang bisa bermakna positif atau negatif, yang fungsinya mempengaruhi variabel (Y). Jika nilai variabel X positif maka akan berpengaruh naik terhadap variabel Y, akan tetapi jika nilai variabel X ternyata negatif justru akan berpengaruh turun terhadap variabel Y. Makna positif (+) atau negatif (-) tersebut diinterpretasikan dalam besaran satuan. Jika positif maka naik sebesar satu satuan, jika negatif maka turun sebesar satu satuan.

f. Coba sebutkan perbedaan-perbedaan antara model regresi linier sederhana dengan model regresi linier berganda!
Jawab :
1.      Pencarian nilai b pada single linier berbeda dengan multiple linier. Perbedaan ini muncul karena jumlah variabel penjelasnya bertambah. Semakin banyaknya variabel X ini maka kemungkinan-kemungkinan yang menjelaskan model juga mengalami pertambahan.
Dalam single linier kemungkinan perubahan variabel lain tidak terjadi, tetapi dalam multiple linier hal itu terjadi. Misalnya, Jika terjadiperubahan pada X1, meskipun X2 konstan, akan mampu merubah nilai harapan dari Y. Begitu pula, perubahan pada X2, meskipun X1 konstan, akan mampu merubah nilai harapan dari Y. Perubahan yang terjadi pada X1 atau X2 tentu mengakibatkan perubahan nilai harapan Y atau E(Y/X1,X2) yang berbeda.
2.      Rumus dalam Uji t, Uji F, maupun dalam mencari  koefisien Determinasi (R2) pun  berbeda,

g. Jelaskan mengapa rumus untuk mencari nilai b pada model regresi linier berganda berbeda dengan model regresi linier sederhana!
Jawab : Perbedaan ini muncul ka1rena jumlah variabel penjelasnya bertambah. Semakin banyaknya variabel X ini maka kemungkinan-kemungkinan yang menjelaskan model juga mengalami pertambahan. Dalam single linier kemungkinan perubahan variabel lain tidak terjadi, tetapi dalam multiple linier hal itu terjadi. Misalnya, Jika terjadi perubahan pada X1, meskipun X2 konstan, akan mampu merubah nilai harapan dari Y. Begitu pula, perubahan pada X2, meskipun X1 konstan, akan mampu merubah nilai harapan dari Y. Perubahan yang terjadi pada X1 atauX2 tentu mengakibatkan perubahan nilai harapan Y atau E(Y/X,X2) yang berbeda. Oleh karena itu pencarian nilai b mengalami perubahan.Guna mengetahui seberapa besar kontribusi X1 terhadap perubahan Y, tentu perlu untuk melakukan kontrol pengaruh dari X2. Begitu pula, untuk mengetahui kontribusi X2, maka perlu juga melakukan control terhadap X1.

h. Coba jelaskan apakah pencarian nilai t juga mengalami perubahan! kenapa?
Jawab : Nilai t merupakan hasil bagi antara b dengan Sb. Pencarian nilai t mempunyai kesamaan dengan model regresi linier sederhana, hanya saja pencarian Sb nya yang berbeda. Pencarian masing-masing nilai t dapat dirumuskan sebagai berikut:


 
i. Coba uraikan bagaimana menentukan nilai t yang signifikan!
Jawab : Untuk dapat mengetahui apakah signifikan atau tidak nilai t hitung tersebut, maka perlu membandingkan dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel, maka variabel penjelas tersebut signifikan. Sebaliknya, jika nilai t hitung lebih kecil darit tabel, maka variabel penjelas tersebut tidak signifikan.

j. Jelaskan apa kegunaan nilai F!
jawab : Dalam regresi linier berganda variabel penjelasnya selalu berjumlah lebih dari satu. Untuk itu, maka pengujian tingkat signifikansi variabel tidak hanya dilakukan secara individual saja, seperti dilakukan dengan uji t, tetapi dapat pula dilakukan pengujian secara serentak atau bersama-sama. Itulah, kegunaan dari nilai F yaitu untuk pengujian signifikansi semua variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama. Yang dapat dilakukan dengan teknik analisis of variance (ANOVA) melalui pengujian nilai F hitung yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Oleh karena itu disebut pula dengan uji F.

k. Bagaimana menentukan nilai F yang signifikan?
Jawab : Pengujian secara serentak tersebut dilakukan dengan teknik analisis of variance (ANOVA) melalui pengujian nilai F hitung yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Oleh karena itu disebut pula dengan uji F.  
Karena uji F adalah membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel, maka penting untuk mengetahui bagaimana mencari nilai F hitung ataupun nilai F tabel. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 

Sedangkan nilai F tabel telah ditentukan dalam tabel. Yang penting untuk diketahui adalah bagaimana cara membaca tabelnya. Seperti yang telah dituliskan pada pembandingan antara nilai F hitung dan nilai F tabel di atas, diketahui bahwa F tabel dituliskan Fα;k-1; (n-k).
Arti dari tulisan tersebut adalah:
·   Simbol α menjelaskan tingkat signifikansi (level of significance) (apakah pada α = 0,05 atau α  = 0,01 ataukah α = 0,10, dan seterusnya)
·   Simbol (k-1) menunjukkan degrees of freedom for numerator.
·   Simbol (n-k) menunjukkan degrees of freedom for denominator.

l. Jelaskan apakah rumus dalam mencari koefisien determinasi pada model regresi linier berganda berbeda dengan regresi linier sederhana! kenapa?
Jawab :
·         Untuk menentukan koefisien determinasi (R2) pada regresi linier sederhana, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
 

·         Dalam perhitungan menggunakan rumus koefisien determinasi (R2) pada regresi berganda berbeda dengan koefisien determinasi (R2) pada regresi linier sederhana, karena dalam menentukan Koefisien determinasi dapat dicari melalui hasil bagi dari total sum of square (TSS)atau total variasi Y terhadap explained sum of square(ESS) atau variasi yang dijelaskan Y. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan lagi R2 dengan arti rasio antara variasi yang dijelaskan Y dengan total variasi Y.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
 

Total variasi Y (TSS) dapat diukur menggunakan derajat deviasi dari masing-masing observasi nilai Y dari rata-ratanya. Hasil pengukuran ini kemudian dijumlahkan hingga mencakup seluruh observasi. Jelasnya:
 



Nilai explained sum of square (ESS) atau variasi yang dijelaskan Y didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 
 


 

Jadi, rumus di atas dapat pula dituliskan menjadi sebagai berikut:
 


dimana:
Yˆ (baca: Y cap) adalah nilai perkiraan Y atau estimasi garis regresi.
Y (baca: Y bar) adalah nilai Y rata-rata.

m. Jelaskan bagaimana variabel penjelas dapat dianggap sebagai prediktor terbaik dalam menjelaskan Y!
jawab :
Jika nilai F hitung lebih besar dibanding nilai F tabel, maka secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada dalam model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y. Sebaliknya, jika nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel, maka tidak secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada dalam model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y. Atau secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut:






H0 diterima atau ditolak, adalah merupakan suatu keputusan jawaban terhadap hipotesis yang terkait dengan uji F, yang biasanya dituliskan dalam kalimat sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = 0 Variabel penjelas secara serentak tidak signifikan mempengaruhi variabel yang dijelaskan.
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0 Variabel penjelas secara serentak signifikan mempengaruhi variabel yang dijelaskan.

www.uniba.ac.id











 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKONOMETRIKA

EKONOMETRIKA

EKONOMI MANAJERIAL